Trik kehabisan tiket kereta api ekonomi
Beberapa waktu yang lalu saya ngobrol dengan sesama penumpang
kereta dalam perjalanan menuju Solo. Tono mengeluhkan sulitnya mendapatkan
tiket kereta karena selalu tiket selalu habis ketika akan berangkat dari
Surabaya menuju Jakarta. Ia biasa mendapati tiket ke Jakarta untuk beberapa
hari ke depan telah habis. Orang yang berkantong tebal sudah membeli tiket
untuk beberapa kali penjalanan sesuai rencana. Bahkan ada yang beli tiket PP
setiap minggu untuk 3 bulan ke depan.
Tono tidak pernah membeli tiket sebelum hari keberangkatan
karena termasuk masyarakat berpenghasilan rendah. Jika mau berangkat ke
Jakarta, ia langsung ke stasiun dan membeli tiket pada hari itu. Ketika
mendapati tiket kereta yang di inginkan habis maka ia mencari tiket kereta
setelahnya sampai dapat dan menunggu kalau ada pembatalan tiket. Bahkan kalau
sampai tidak dapat tiket Tono bermalam di stasiun untuk mencari tiket pada hari
berikutnya. Hal itu ia lakukan untuk menghemat ongkos karena rumahnya jauh dari
stasiun, kalau harus pulang lagi ongkosnya sangat memberatkan.
Begitu juga ketika mau kembali ke Surabaya, ia harus standby
di stasiun menunggu orang membatalkan tiket, kalau ada yang mau membatalkan
tiket langsung ditempel antriannya supaya bisa dapat tiketnya. Bahkan sampai
agak ekstrim, setiap orang yang bawa tiket ditanya ‘ Pak/Bu/Mbak mau mbatalin
tiket?’. Orang yang ditanya mungkin berfikir ‘orang aneh’. Namun ia tidak
mempedulikanya, yang penting bisa pulang.
Lain halnya dengan pengalaman Heru, seorang penumpang yang
lain, khusus untuk kereta api bersubsidi dengan tarif tunggal semisal kereta
Gaya Baru Malam, ia berani membeli tiket
walaupun tujuan tiket tidak sampai stasiun yang akan ia tuju. Misal ia
mau pergi ke Solo, namun tiket yang tersedia tinggal Jakarta – Kroya, maka ia
beli tiket itu, yang penting bisa masuk kereta, katanya. Sepanjang perjalanan
Jakarta-Kroya dia menempati kursi sesuai tiket, namun setelah stasiun Kroya dia
berpindah ke tempat yang kosong. Setiap stasiun dia bersiap-siap pindah ke
tempat yang lain apabila kursi ditempati penumpang baru. Dengan cara itu ia
yakin aman dari kontrol petugas, dan seandainya sampai ketahuan, ia yakin
petugas tidak akan menurunkan di stasiun berikutnya sesuai ketentuan PT KAI,
karena kereta yang dinaiki adalah kereta api ekonomi bersubsidi dengan tarif
tunggal, ‘jauh dekat kan harganya sama’. Ia sudah melakukannya berkali-kali dan
aman-aman saja.
Demikianlah pengalaman
dua orang penumpang yang menyiasati kehabisan tiket kereta agar bisa
tetap naik kereta. Kereta yang seharusnya dinikmati masyarakat kelas bawah
ternyata banyak pula digunakan orang yang tidak seharusnya sehingga merugikan
rakyat kecil. Semoga ditemukan solusi atas pemasalahan ini. Semoga bermanfaat.
Iya nih, mau beli online selalu habis...
ReplyDeletemenarik cara yang ke-2 itu :)